Penning Stories You'll Love to Read

Ahoy Pipel! Welcome aboard! A warm and heartfelt welcome to all who've joined me here. Your presence is truly appreciated. Thank you!

Selasa, 19 Desember 2017

Mengabdi Untuk Negri: Belajar di Lereng Gunung, Wonosobo.



Hai..hai manusia bumi pemakan nasi dan roti!
Bulan Agustus udah mau berahir aja nih. Gimana? Udah merasa merdeka? atau masih ada yang kurang dan mesti diperjuangin? memperjuangkan cintanya mungkin xixi..

Oh iya, seperti biasa aku balik lagi buat nulis nih. Kali ini aku mau nulis pengalamanku menyelami lautan samudera Hindia (yeaaah). Bukan..bukan.. aku mau membagi pengalamanku hidup seminggu di lereng gunung Sumbing Wonosobo. Tepatnya belajar banyak tentang salah satu wilayah bagian Wonosobo dan kehidupan sekitarnya.

Jadi gini, aku ikut program FIB Mengajar yang diadain oleh Dimas BEM FIB Undip 2017. Program ini berlangsung selama seminggu, dari tanggal 30 Juli – 5 Agustus 2017 (udah lama banget yak haha). Ya memang judul programnya FIB Mengajar, tapi sebenernya disini malah aku yang banyak belajar disana (hehe maklum, manusia yang masih perlu banyak belajar soalnya). Jadi letak persisnya program ini adalah di Desa Kwadungan, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Seperti apa pengalaman seminggu behargaku disana, yu mari dilanjut baca sampai tulisan ini kandas.. cusss!!!

Karena ini banyak banget, aku buat point-point aja ya pengalaman aku disana. Biar kalian enjoy bacanya ga beribet kaya pikiran penulisnya.
  • Penyesuaian cuaca dari panas ke dingin.
Perbedaan cuaca yang sangat signifikan antara Semarang dan Wonosobo membuat tubuh menggigil tak karuan. Bahkan pas baru sampe disana aja cuacanya hujan dan berkabut tebal gitu. Jadi belum bisa lihat keajaiban pemandangan alam disana kaya apa. Ini dia buktinya…

IMG_20170730_150716
Kabut-kabut basah gitu kan? ehehe. Tolong adegan diatas jangan ditiru ya. Apalagi buat para ciwi-ciwi kalem, standart semampai. Hanya ciwi-ciwi nekad haus pengalaman ekstrime yang mau begitu, apalagi dibelakangnya diikutin bapak-bapak tuh (Kaga tau malu emang nih wkwk).
  • Pemandangan alam yang ahay banget, diapit gunung Sumbing dan Sindoro yang aduhai.
Setelah sebelumnya kabut tebal waktu pas kedatangan. Akhirnya pagi berikutnya cuacanya berangin. Widih tambah dingin dah tu. Tapi karena berangin, maka kabut disekitar hilang, terbawa angin dan kenangan-kenangannya. Dan cuaca menjadi amat cerah seperti wajah penulis saat ini wkwk. Nah pas jalan ke SD buat mandi pagi (boong, kalo pagi ga pernah mandi wkwkwk). Cuci mukalah, sama bersih-bersih biar keliatan lebih semangat didepan murid-murid. Dan jeng..jeng..jeng..!! Aku melihat sang mentari keluar dari ufuk timur, malu-malu sembunyi di bahu sebuah gunung besar yang keliatannya hanya dekat sekali, bahkan jalan dan sawah-sawah dilerengnya pun terlihat begitu dekat. Masya Alah… Sumbing, kau begitu gagah nan rupawan. Tak henti-henti mata ini menatap sampai didepan kamar mandi. Ternyata masih antri. Yasudah duduk dulu didepan ruang kelas. Daaaaannn… disitu aku melongo lagi. Belum juga kekagumanku pada Sumbing berakhir, kini didepan mataku ada Sindoro yang gagah menjulang berhias kabut tipis dan semburat sorotan mentari yang bersembunyi di balik Sumbing. Rasa-rasanya aku ingin segera lari saja dan mendaki mereka wkwkw.. apasih. Sungguh keindahan milik Tuhan yang luar biasa.

IMG_20170801_105912_HDR
Ini Sumbing yang benar-benar mencolok mata. Foto ini diambil dari depan Balaidesa, tempat kami menginap. Deket kan, tinggal naik dikit (dikit…!).

IMG_20170801_072832_HDR
Ini Sindoro, yang begitu gagah rupawan. Foto ini diambil juga dari depan Balaidesa tempat kami menginap, hanya saja cuma berbeda arah. Sekitar 90 derajat kekiri dari letak Sumbing.

IMG_20170805_083520_HDR
Ini hutan Pinus Segomatinya, eh bukan itu tangan ku.. sek sek ganti foto dulu, tapi males ngehapus yang itu hehe..

IMG_20170805_084014_HDR
Dan masih banyak foto spot bagus lainnya. Ntar kalo di sisipin semua ga muat dah..


  • Guru TK? siapa takut?
Jadi selama mengajar di Wonosobo, aku mendapatkan jatah untuk mengajar anak TK disana. Duh, anaknya lucu-lucu banget. Ada yang sakit gigi sampe pipinya di kasih salonp*s gede banget, banyak yang lagi pilek, nangis, berantem, ada yang berambut gimbal, dan yang lebih anehnya ibu-ibu yang nungguinnya ikut masuk kedalem kelas (kan eke jadi grogi buk). Tapi itu semua menjadi tantangan tersendiri kok. Emang awal hari pertama masih pada malu-malu gitu, tapi hari-hari selanjutnya mereka aktif banget kok.

Segala macam metode kita lakukan demi menarik perhatian mereka agar jatuh hati sama kita bertiga. Dari mulai bawa boneka buat belajar, nyanyi-nyanyi sampe suara abis, nari-nari dengan lincah seakan ga inget umur, dan usaha gagal lainnya. Walaupun begitu kita tetep berusaha, dan itu semua membuahkan hasil yang baik. Bahkan hari terakhir kita ngajar disana, kita diajak jalan-jalan kehutan pinus Segomati. Konon katanya hutan pinus ini dulu bekas tempat pembataian mata-mata dari China saat perang kemerdekaan Indonesia berlangsung. Kenapa desa ini banyak horornya ya? tapi indahnya juga ga kalah kok.

Bahkan banyak sekali hal-hal yang diluar nalar sehat kita terjadi disini, tapi aku ga bakalan sebutin disini. Karena nanti kalian yang baca ini jadi takut untuk mengabdi ke daerah terpencil. Percayalah, horor adalah pelengkap pengalaman indah kita dalam mengabdi eaaa. Mengabdilah, karena itu menyenangkan.

150212674799015021272337091502127391574
(Tuh lucukan anak-anaknya, yah jadi kangen sama kalian deh bu Maya, hiks. Semoga nantinya bisa melihat kalian lagi ya, mungkin melihat kalian udah jadi pilot, dokter, guru, tentara, polisi dan jadi bintang (???). Karena Bayu katanya mau jadi bintang yang ada dilangit, ntar ibu dada-dadain sama semangatin dari bawah deh ya Bay. Semangat!! kamu pasti bisa).
  • Mengajarkan arti penting kesabaran.
Tinggal di Desa ini selama seminggu mengajarkan banyak hal, termasuk juga kesabaran. Yapss… kesabaran kita semua disini benar-benar diuji. Dari yang mulai mandi sehari hanya sekali dikarenakan dingin yang tak bertepi. Bahkan mau mandi pun harus antri dulu di kamar mandi SD yang hanya berjumlah tiga biji, yang nomor dua WC nya mampet dan si MR. EEK berenang kemana-mana wkwk. Yang nomer tiga pintunya jebool ga bisa ditutup sempurna. Dan yang layak hanya di kamar mandi nomor satu atau kamar mandi guru. Walhasil antrian panjang bak di SPBU kalau pas mudik tak bisa terelakan.

Selain masalah kamar mandi dan sebangsanya tadi. Masalah sinyal juga menjadi hal yang sangat krusial disini. Bayangkan, didalam sebuah ruangan yang namanya sinyal itu amat sangat langka. Nah, kalau aku menemukan banyak temen aku yang pada berdiri digerbang SD atau bahkan berdiri dibawah tiang listrik dipinggir lapangan, itu artinya mereka sedang berjuang untuk mendapatkan sinyal. Perjuangan banget kan. Mengalahkan susahnya berjuang mendapatkan hatinya uuu…
  • Mengajar Anak-anak yang Ber-antusias Besar.
Bakalan malu rasanya kalau ikut program ini tapi ngga ngikutin setiap acara yang dibuat panitia. Karena demi apapun anak-anak disini semangat dan antusias belajarnya tinggi banget, ngga pada males-malesan. Bayangin aja dari pagi banget mereka udah berangkat sekolah, bahkan kita lagi ngantri mandi aja udah ada yang dateng. Padahal ada yang rumahnya jauh banget diatas, Desa terakhir sebelum naik ke gunung Sumbing. Pertanyaannya adalah, mereka bangun jam berapa? mereka mandi di air yang sedingin es ini? rumahnya jauh tapi nyampe pagi banget yak?

Setelah sekolah ada program namanya Taman Siswa. Oh iya taman siswa ini adalah rangkaian acara yang dibuat oleh panitia. Fungsi taman siswa ini adalah untuk membantu murid-murid SD dari kelas 1-6 menyelesaikan apa yang belum mereka pahami tentang pelajaran yang tadi di sekolah ajarin. Bisa disebut juga fasilitas extra time mereka buat menggali apapun yang belum kuasai. Bisa juga buat membantu mereka ngerjain PR atau tugas yang diberikan waktu di kelas. Dan lagi-lagi mereka semangat banget mengikuti kegiatan ini. Pulang jam 12, taman siswa jam satu, tapi jam 12 lebih 15 kadang udah ada yang dateng. Jadi pulang cuma ganti baju doang. Bahkan ada yang ngga pulang. Aku terharu deh hiks.

Taman siswa biasanya sampai jam 3-an atau bisa lebih, karena belum pada mau pulang. Sehabis itu main-main atau seru-seruan. Main voli, lari-larian, dan permainan masa kecil yang sudah lama aku rindukan lainnya. Dan akhirnya sampai sore. Padahal jam setengah 5 ada kegiatan ngaji. Seperti halnya tadi, mereka cuma pulang mandi dan ganti baju doang, terus langsung capcus ke masjid.

Ngaji yang sore itu biasanya buat TPQ gitu sampe maghrib, sehabis maghrib ada lagi pengajian atau mereka kadang sebut itu sebagai Yasinan (padahal bukan baca surat Yassin, but it’s okay).

1502120965762
Suasana Sekolah

1502121145569
Suasana Taman Siswa

IMG_20170801_174117_HHT
Suasana Ngaji

IMG_20170804_171108 
Maen-maennya. Ceritanya lagi nonton bola antar desa, eh nonton kabut sih sebenernya wkwk.

Tuhkan mereka semangat banget. Mereka ga ada waktu buat malas-malasan dirumah, tidur siang, nonton TV, dan kegiatan wasting time lainnya. Malahan kita dari pengajarnya yang sering telat, soalnya harus mandi ngantri, ga kuat menahan dinginnya sikap Wonosobo (eh, cuaca maksudnya) dan mungkin ada yang capek, dll.

  • Kesenian daerah khas Wonosobo.
Ada salah satu cerita unik yang terjadi pas pasukan kita mengajar di Desa Kwadungan ini. Jadi tiba-tiba ada acara dadakan yang diadakan oleh pihak desa untuk menyambut kita disana. Ya walaupun ada sedikit cerita mistis dibaliknya. Kesenian ini disebut dengan Kesenian Daek atau Dayak. Kesenian ini adalah kesenian tari dengan musik kendang dan bonang. Para penari berpakaian merah-merah, pake pedang-pedangan dan memakai gelang kaki sehingga menciptakan suara yang sedikit agak menyeramkan. Konon katanya kesenian tari ini diciptakan untuk menghormati arwah seorang leluhur yang tinggal di pohon beringin di belakang SD yang kita tempati untuk mengajar. Dan selama tarian berlangsung, akan ada satu persatu dari penari yang berjatuhan. Berjatuhan karna apa? karna “kerasukan” arwah dari penunggu pohon beringin tersebut. Dan penari-penari yang kerasukan ini bakalan diturutin apapun permintaannya, tapi mintanya sih sebangsa minum air teko, bunga melati, topeng serem gitu, sama boneka yang serem juga. Penari yang kerasukan ini tidak semuanya langsung disembuhkan, akan tetapi ada yang dibiarkan menari-nari mengelilingi para penari lain. Bahkan penari yang kerasukan ini juga menyeruduk warga lainnya, jikalau ada warga yang duduk atau bersandar, karena sebenarnya filosofi dari tarian ini adalah mengajarkan setiap warga agar tidak bermalas-malasan. Pokoknya mistis-mistis gitu deh, aku aja merinding liatnya.

1502121667561
1502122176192
1502122292793
Ini boneka yang diminta, sudah disiapkan sebelumnya.

TADA…!!
Dan tiba di bagian akhir juga akhirnya. Selama ini aku selalu merasa bahwa hidup yang ada saat ini tidak seberuntung hidup mereka yang ada diatasku, maka dari itu aku terus bergerak untuk bisa menetapkan hidupku sudah patut dikatakan layak dan sama seperti mereka yang notabene sekarang sudah ada diatasku. Pasti bukan hanya aku yang merasakan hal ini, kalian pasti juga pernah merasa begitu. Kurang ini kurang itu, mengapa begini mengapa begitu, dan mengapa tidak seenak seperti yang mereka dapatkan, padahal porsinya sudah sama.

Namun ada yang kurang. Tidak selamanya hidup itu terus bergerak. Ada kalanya hidup harus berhenti sebentar, memperhatikan sekitar,  dan belajar dari keadaan. Perhatikan orang-orang ang ada disekitarmu dan amati baik-baik. Lalu curilah pengalamannya untuk kau jadikan pembelajaran kedepan juga. jadi kita akan mempunyai banyak pengalaman, entah itu dari diri kita sendiri ataupun dari pengalaman orang lain.

Semoga lain waktu bisa diberi kesempatan untuk mengunjungi setiap sudut pelosok Indonesia yang lain. Mempelajari keunikannya, tradisi yang ada, dan cara hidup dan cara pandang yang berbeda dari sudut pandang kita dan juga bisa mengambil banyak pembelajaran disana.

Nah, itu dia pengalaman-pengalaman aku selama mengabdi di Wonosobo. Banyak dukanya, tapi terkalahkan oleh sukanya disana. setiap daerah punya keunikannya sendiri-sendiri. Dulu aku pernah mengabdi ke Rembang, tapi waktu itu aku belum mulai untuk menulis jadi pengalaman itu tidak tertulis sebagai sejarah disini. Sayang sekali kan? iya betul. Lain kali akan kutulis pengalaman mengabdiku yang lain. Doakan saja Tuhan memberiku banyak umur agar bisa lebih banyak mengabdi untuk Negri ini dan membaginya lewat tulisan-tulisan yang mungkin tak bermakna lebih ini, Aamin.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya, see you bye bye…

1502127078463



Semarang, 26 Agustus 2017
(22:18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar