Showing posts with label Photocap. Show all posts
Showing posts with label Photocap. Show all posts



Katanya aku serupa hembusan napas untuk hidup mu.

Nyatanya aku tidak jadi apa-apa kala kau tinggal begitu saja.


Katanya aku akan selalu bahagia.

Nyatanya duka ku setiap saat datang menerpa.


Katanya aku senja di setiap fajarmu.

Menjadi penutup hari-hari lelahmu.

Nyatanya aku hanyalah rangkaian hari yang tidak kau peduli.


Memang pembohong,

bohong untuk cinta.

Cih!



Surakarta,

19/6/2022

Orang asing yang tidak disengaja masuk ke dalam jepretan kamera penulis dan menghasilkan ide cerita ini (22/01)

Di subuh hari beliau sudah meluncur menuju tempat mendarat ku. Mata beliau masih sayu berat, mengantuk karena semalaman menjaga pos ronda di kampung kami. Aku agak khawatir ketika beliau memaksa untuk menjemput ku di bandara, padahal aku tidak mengapa jika harus pulang dengan kendaraan umum. Kata beliau "Bapak mau jadi yang pertama melihat mu sebelum ibu" sebab alasan itulah ku biarkan beliau melawan kantuknya. Berbahaya memang, namun syukur nya beliau sangat bersemangat hingga lupa bahwa tubuhnya belum beristirahat sama sekali.

Perjalanan dari kampung kami hingga bandara adalah dua jam, dan empat jam untuk bapak bolak balik. Namun sepanjang perjalanan bapak terus menerus bercerita tentang bagaimana keadaan kampung yang sudah lima tahun lamanya ku tinggalkan. Sambil ku santap mie goreng yang sudah mengering, bekal dari ibu untuk bapak dan aku sarapan di mobil. Bapak sesekali berpikir keras, bagaimana caranya pamer ke ibu bahwasanya beliau lah yang pertama melihat ku kembali setelah lima tahun ini. Dan aku hanya terus bergelak tawa menyaksikan bagaimana tingkah bapak saat itu dan tentu saja sambil menikmat mie goreng buatan ibu yang sudah lama tidak pernah terasa di lidah ku. Terima kasih untuk yang selalu mengantar dan menjemput agar bisa ku langkah kan kaki ini kemana pun ia mau pergi dan ku langkah kan juga untuk pulang memupus rindu.

*Karya imaginasi penulis semata


Semarang,
27 Januari 2020

Kata orang senja itu memuakkan. Anak-anak muda sedikit-dikit senja, apa-apa senja. Jadi malas kalau ingin menikmati senja karna serbuan pengagum senja dadakan ini. Namun senja bukan tentang indah di pandang dan ngetren di kalangan saja, senjaku adalah tentang seseorang yang membuatku jatuh cinta setengah mati pada senja. Kamu boleh bilang muak, tapi bagiku senja adalah dia. Meski tak bisa memandang dia secara langsung, memandang senja adalah aku sedang memandang dia.