Katanya persahabatan
bagai kepompong, tapi kalau terlalu perhatian jadinya kepo dong. Jadi sedih deh
kalo udah diteriakin kepo. Padahal niatnya mah baik, demi menjaga tali suci
yang sudah terjalin dengan baik.
Oke cukup intronya, di
tulisan kali ini aku mau menulis keresahan aku mengenai kata “K E P O” dan
mungkin juga pernah menjadi keresahan beberapa dari kalian. Memang penggunaan
kata kepo sekarang ini sangat kekinian dan kelewat batas akal normal manusia. Sampai
aku pernah membaca tulisan orang begini:
“Aku
menjadi orang yang tidak peduli akan apapun. Karena aku takut kalau kepedulianku
dianggap sebagai kepo”.
–NN,
20 tahun-
Aku
khawatir kalo kata kepo ini merubah umat manusia menjadi tidak peduli akan
sesamanya. Bisa jadikan? Bisa sepertinya. Orang yang terus menerus dibantah
dengan kalimat yang sedikit agak “kasar”, lama kelamaan mereka akan lelah dan
memilih diam. Supaya apa? Supaya dia tidak mendapat cercaan seperti itu lagi.
Aku
pernah punya pengalaman juga dengan kalimat ini. Jadi waktu itu aku pernah naik
motor dari suatu tempat dan tidak sengaja ketemu sama temen sekolahku dulu, dia
jalan kaki sama temennya. Karena tidak terlalu akrab dan terlalu capek dari
sebuah aktivitas, akhirnya ada niatan buruk dalam hatiku untuk pura-pura tidak
melihatnya. Namun sisi hatiku yang lain
berkata dimana sopan santun ku kalo aku melakukan itu. Dia juga temanku yang
harus aku jaga talinya agar tidak putus begitu saja. Setidaknya menyapa Hai dan
mau kemana pun tidak akan menguras banyak tenaga. Walaupun sebenarnya aku tidak
peduli dia mau pergi kemana.Akhirnya ku putuskan untuk menyapanya. Saat sudah
dekat jarak kami, akhirnya terlontarlah senyumku dan menyapa.
“Hai,
mau kemana kok lewat sini?”
“Kepo!
hehe”. Udah gitu aja terus berlalu.
(WHATT?)
Hey
kau tahu betapa susahnya aku mengumpulkan mood ku untuk menyapamu? Oh come on! Sesusah itukah menjadi orang
baik dan perhatian kepada teman? Toh itu hanya formalitas, sesungguhnya aku
juga tidak peduli kau mau kemana. Aku tidak akan ikut campur cuy. Huft. Dan lagi,
tidak hanya itu saja. Banyak dari temanku juga mengeluh akan hal ini. Ketika mereka
mencoba memahami masalah yang sedang dialami temannya dan berusaha untuk
membantu, mereka mendapat kata kepo. Ketika mereka mencoba untuk menanyakan
sebuah kebenaran disebut kepo. Ketika mereka hendak meminta kepastian pun
dianggap kepo. Dan masih banyak lagi kasus lain. Aku heran, apakah kepo itu sekarang
ini sudah menjadi hadiah untuk orang-orang yang mencoba untuk perhatian dan
baik kepada sesamanya? Ketika kalian tidak mau orang lain tau tentang apa yang kalian
punya dan apa yang kalian tau kepada orang lain, setidaknya gunakan kata-kata
yang dirasa tidak akan menyakiti hati orang lain, karena tipe orang
berbeda-beda. Kalimat itu seperti halnya:
“Maaf aku sedang tidak mood untuk
cerita”
“Maaf aku sedang ingin sendiri”
“Maaf aku tidak ingin orang lain
mengetahuinya”
“Maaf aku tidak bisa mengatakannya”
Dll.
Menggunakan
kata yang baik tidak akan membuat si penanya marah kok. Mereka pasti akan
mengertimu dengan baik kalo mereka memang ingin menjadi orang yang pengertian
untukmu.
Baik,
tulisan ini sebenarnya aku gunakan untuk self
reminder aku yang aku lihat dari fenomena yang ada saat ini. Baiknya saling
memahami satu sama lain. Takutnya kalo penaya sedang dalam mood yang kurang
baik seperti pengalaman aku, bukan malah mempererat tali pertemanan malah
setelah kejadian itu jadi tidak saling sapa dan tidak saling kenal. Hanya karna
satu kata, bisa merusak pertemanan yang selama ini sudah terjalin. Megerikan bukan?
Karena suasana hati orang tidak dapat ditebak maka berhati-hati dalam bertutur
akan membantu. Itu saja, semoga dapat menjadi bahan bacaan yang lagi-lagi
sosoan dan ga jelas. Semoga kalimat kepo yang bermaksud negatif ini segera
perlahan-lahan menghilang. Tapi kalo untuk seru-seruan ya silahkan saja, tidak
ada yang melarang.
Selamat
malam, see you bye bye.
Wonogiri
[22:15]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar