Penning Stories You'll Love to Read

Ahoy Pipel! Welcome aboard! A warm and heartfelt welcome to all who've joined me here. Your presence is truly appreciated. Thank you!

Rabu, 21 November 2018

Melupakan tidaklah semudah saat mengenal
Melupakan tidak harus menjadi amnesia sepenuhnya
Sesekali mengingatnya lalu tersenyum menyipu tidaklah masalah
Siapa bilang sakit? Mungkin caramu saja yang salah.
-Maya Dewi, menjelang akhir tahun 2018.


Hallo manusia bumi morphosa..
Apa kabar? semoga baik saja. Oh iya nih, habis pada libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ya. Seneng dong pasti bisa libur dan merayakan tradisi kelahiran Rasulullah. Nah, mau nulis apa lagi nih ya? ada aja yang melintas dan minta ditulis.

Oke, seperti yang telah disabdakan oleh judul pos ini, eakk. Jadi aku mau bahas tradisi Maulid Nabi yang ada di daerah aku. Jadi aku cerita dulu dikit ya. Di daerah aku tu kalau acara peringatan maulid nabi, awal puasa, atau peringatan agama lainnya (selain hari raya) itu ada yang namanya INGKUNGAN. Apaan tuh? Jadi ingkungan tu kaya semacam kondangan yang dibuat oleh semua warga desa. Masing-masing rumah membawa jamuan seperti ayam setengah matang (Baru direbus aja belom digoreng) sama nasi uduk di taruh di baskom dan di bungkus kaya semacam taplak meja dan dibentuk layaknya tas pengembara gitu. Jamuan ini di bawa kerumah kepala desa tepat jam 4 sore pas hari maulid nabi. Jadi nanti jamuan ini ditaruh ditengah, dan orang-orangnya duduk melingkari ingkung ini. Setelah dimulai, petugas mulai membuka satu persatu bungkusan itu, diambil salah-satu bagian ayamnya (Biasana paha bawah) dan diambil secentong nasi uduk, habis itu ditutup lagi. Semua bungkusan harus di seperti itu kan. Nah kalau sudah semua, hasil yang dikumpulkan ini bakalan di bagikan ke orang-orang yang duduk mengelilingi ini, dulu sih mereka kaya bawa daun pisang dari rumah buat wadah ini. Setiap orang yang datang harus kebagian. Setelah prosesi pembagian selesai, saatnya sesepuh atau ulama di desa ini mendoakan. Berterimakasih kepada Tuhan atas datangnya peringatan maulid nabi ini dan berterimakasih karena masih diberikan kenikmatan dan rejeki. Setelah itu pulang kerumah masing-masing.

Sungguh tradisi yang sangat unik dan perlu dijaga agar tidak punah bukan. Terlepas ini ada atau tidak dalam aturan agama tapi berdoanya masih kepada Tuhan yang sama, dan tidak menduakan-Nya (musrik). Anggap saja sebagai budaya yang perlu dijaga untuk meragamkan tradisi yang ada di Indonesia.

Tetapi....
Ada satu hal yang sangat mengganjal dari adanya peringatan tradisi ini. Yaitu perihal, kemampuan seseorang dalam melaksakan tradisi ini. Jadi begini awal mulanya, aku kan pas ada acara ini kemarin kebetulan lagi dirumah ibu, karena memang libur. Ada salah satu tetangga yang pagi-pagi sudah kerumah. Tidak sengaja mendengar, beliau meminta gajinya bekerja untuk minggu depan diminta sekarang. Beliau tidak mempunyai cukup uang untuk membeli ayam untuk membuat ingkung. Kalau tidak membuat, beliau kasian pada anaknya yang masih kecil jika tidak ikut acara dimana teman-temannya pasti ikut semua. Dan yang paling penting adalah malu pada tetangga apabila tidak membuat. Setelah tetanggaku ini pergi aku mendekati ibu, beliau bercerita kalau kejadian ini juga pernah ibu alami beberapa tahun silam saat kakakku, aku, dan adikku masih kecil. Karena alasan yang sama akhirnya ibu merelakan anting-anting kesayangannya dijual untuk membeli ayam (Kehidupan kami masih susah sekali dulu). Namun setelah anak-anaknya dirasa sudah mengerti, kalau ibu tidak punya uang pasti tidak membuatnya, bahkan jika terpaksa hanya menggunakan telur rebus pun pernah. Sebenarnya bisa hanya menggunakan telur, tidak harus ayam. Namun ya itu, ada eksistensi yang dijaga. Tidak ikut pun juga tidak masalah, namun ya itu tadi. Masyarakat malu jika tidak ikut membuat ingkung ini.

Dari situ saya mulai berpikir liar lagi, oh sial. Jadi sebenernya tradisi seperti ini malah disalahgunakan untuk menebar eksistensi. Berapa banyak dan seberapa besar ingkung yang dimasak akan memperlihatkan kalau orang ini memiliki eksistensi yang tinggi dalam keberhasilan ekonominya. Ya memang kasus sepeti ini tidak hanya dalam tradisi ini saja. Tetapi disetiap lini masyarakat pasti akan ada praktik seperti ininya. huft...

Lalu apa yang salah? tradisinya? bukan. Mindset manusianya agar tidak terlalu punya hasrat besar untuk pamer kesuksesan. Namun bukankah hal itu lumrah terjadi pada manusia? iya betul, tetapi alangkah lebih baiknya jika tidak berlebihan dan kesannya malah mengucilkan manusia kecil yang lain. Dan untuk yang mungkin tidak bisa melaksanakannya harusnya dibawa santai saja. Tidak usah sungkan dan malu eksistensi akan runyam. Dan Itu saja yang ingin aku tulis. Mari memikirkan keadaan dan perasaan orang lain, walaupun tidak bisa membantu paling tidak bisa mengerti:)

Sekian.

Semarang,
21 November 2018

Sabtu, 03 November 2018





Seperti yang sudah diterangkan di judul dan potongan screenshot-an twitter aku yang pada dasarnya sudah aku hapus, hehe. Disini aku mau sedikit mengutaran ganjalan yang ada dipikiranku, seperti biasanya:)

Sebel banget ga sih jam segini baru ngantuk, eh pas mau tidur iseng buka hp liatin story teman-teman aku di dunia per instagraman ada sesuatu yang menarik untuk ditulis. Maka bangkitlah aku dengan lesu membuka laptop kembali dan mulai untuk mengetik beberapa kata-kata tak bermakna ini. Tapi ya sudahlah. Namanya juga cinta.

Baiklah mari kita mulai saja. Jadi, seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini. Tidak hanya anak muda dan anak-anak kecil saja yang yang merasakan. Orang-orang tua pun juga ikut mensukseskan perkembangan teknologi ini loh. Lantas untuk apa sih para orang tua ini dituntut untuk mengikuti trend? Ada banyak sih manfaat apa yang bakalan di dapat para orang tua yang mengikuti perkembangan teknologi khususnya di dunia persosmedan. Tapi disini aku akan fokus kepada fungsi pengawasan terhadap putra dan putri mereka.

Sedikit cerita. Dulu waktu aku membuatkan beberapa sosial media untuk ibuku, aku mendapatkan penolakan dari adikku. Adikku khawatir jika nanti ibu akan menjadi ibu-ibu alay yang suka berselfie sepanjang hari dengan camera yang bisa merubah manusia menjadi cantik dalam sekejap mata. Dan mempostingnya di akun media sosial dengan caption yang tidak nyambung sama sekali. Ya, itulah apa yang ada di pikiran adikku. Namun berbeda denganku, aku berpikiran membuatkan akun sosial media ke ibuku adalah untuk membuatnya mengetahui hal-hal apa yang terjadi di sekitarnya, disekitar anaknya, dan disekitar teman-temannya. Aku tidak membuat ibuku untuk tertarik mempublikasikan semua hidupnya di sosial media, namun aku hanya membuat ibuku tertarik untuk melihat-lihat saja apa yang terjadi, khususnya apa yang terjadi pada anak-anaknya yang pada merantau jauh-jauh. Itu saja.

Dan benar saja. Ibuku sekarang ini jadi lebih mudah memonitor anak-anaknya lewat update-an story di Whatsapp ataupun Instagram. Melihat perkembangan cucunya yang setiap saat di posting foto dan videonya oleh mama dan papanya, melihat aku yang suka update story tentang pergi ke suatu tempat, adikku yang sibuk dengan kegiatan seminar-seminarnya, kakakku yang suka update makanan-makanan yang disantapnya, atau pekerjaan apa yang dilakukan kakak-kakakku, dll. Setiap aku pulang kerumah, aku selalu mendegarkan keantusiasan ibu yang tau bahwa anak dan cucunya melakukan ini dan itu. Berarti memang berhasil sudah misi monitor yang dibangun ini.

Lalu mari kita coba kaitkan dengan masalah yang ada di screenshot-an diatas. Salah satu hal yang penting adanya ketika orang tua juga mempunyai sosial media adalah membatasi anak-anaknya untuk membuat konten story yang tidak-tidak atau kegiatan apa yang tidak boleh dilakukan anak dan dipamerkan di story nya. Misalnya pergi hingga larut hanya untuk bermain-main. Hasrat untuk pamer pada diri seseorang pengguna instagram itu sangat besar, bahkan ada orang yang rela pergi kesuatu tempat hanya untuk kepentingan upload di instagram. Jadi besar kemungkinan, apapun kegiatannya pasti di update di story ataupun  di feed instagramnya.

"Halah kamu ki kaya orang susah! di hidden aja to dari ibumu!" kata seorang teman. Mungkin hal ini bisa dilakukan oleh kebanyakan anak diluar sana. Namun tidak denganku. Memanglah ibuku ini seorang programmer yang handal sejak dulu kala. Entah mantra dan doktrin apa yang sudah dimasukan kedalam otak anak-anaknya. Pokoknya kalau masalah hidden-hiddenan gitu bakalan susah dilakuin. Lebih ke apa ya? takut dan ada sesuatu yang mengganjal pokoknya. Jadi ya gitu deh. Alhasil harus menjaga diri untuk tidak melanggar hal-hal yang beliau tidak restui.

Oh iya pernah waktu itu, aku lagi nonton konser 4.20, yang kalau kalian anak indie pasti tau genre nya yang ga aneh-aneh gitu lah malah cenderung ke menenangkan. Tapi aku update jam sebelas malem dan kebetulan aku ijinnya jam 9 udah balik. Dan apa yang terjadi, pas aku liat udah ada 10 orang yang seen, salah satunya ada akun ibuku, besoknya pas video call di tuduh. Kamu tu kalau nontonin konser suka sampe malem-malem ya. Ya Allah, aku tu jarang padahal nontonin konser. Sekali doang dikatain sering sampe malem. Nah jadi ada rasa engga enak sama orang tua, dan akhirnya membatasi untuk melakukannya lagi. Dan mungkin cara ini bisa kita bersama lakukan ketika mendidik anak-anak kita kelak.

Yah, jadi begitulah apa yang ada dalam pikiranku pagi ini. Memang tidak ada hablumnya sama sekali. Namun setidaknya melegakanku karna sudah menghilangkan ide-ide nakal ini. Semoga dari yang tidak berfaedah ini ada manfaatnya barang sedikit untuk kita semua. Selamat sholat subuh dan selamat istirahat (untuk aku). Sampai jumpa di lain tulisan...


Semarang,
4 November 2018

Senin, 08 Oktober 2018

Malam ini aku keluar kamar hanya sekedar untuk membahagiakan perutku. Seperti kebiasaan mahasiswa lainnya yang suka menyambangi burjo, akupun demikian. Indomie rebus telur dengan potongan cabai sudah mengepulkan asap kenikmatan fananya di mejaku. Ditambah segelas air es yang juga menambah nikmat di kala udara panas sedang menyerang Semarang malam-malam begini, sungguh tidak punya nurani. Namun dia juga hanyalah suruhan semesta yang diatur oleh sistem yang hanya Tuhan yang tau.

Samar-samar aku melihat pengamen datang menyambangi burjo tempatku bersantap ria. Satu lagu yang entah apa itu dan bahkan mungkin hanya orang itu saja yang tau dinyanyikan dengan suara agak ditahan agar tidak mengganggu orang-orang yang sedang makan. Lalu berjalan dari meja satu ke meja lain dengan berharap-harap ada yang mau sedikit menyisihkan perhatian kepadanya. Memang manusia tidak ada yang sama, ada yang memberi atau bahkan sudah mempersiapkan uang recehan sebelum giliran mejanya disambangi, ada pula yang acuh dan asik mengobrol tanpa berkata maaf atau kata penolakan lain sekalipun, ada yang berkata maaf sembari mempertemukan kedua telapak tangan mereka. Dan yang paling menyita perhatianku adalah ketika giliran pengamen itu tiba di segerombolan pemuda yang tengah asik mengobrol, bercanda, merokok, sembari bermain game online di smartphone-nya. Awalnya ada salah satu pemuda berbicara sesuatu pada pengamen itu yang pada akhirnya membuat mereka berdua sama-sama tersenyum sumringah, setelah itu salah satu pemuda itu memberikan satu batang rokok yang kulihat sepertinya jenis rokok yang lumayan mahal dikalangannya. Saat pergi pengamen itu sekali lagi tersenyum sembari melambaikan tangan dan gitar kecilnya. Apa yang membuat mereka bahagia?

Dilain sisi ingatan mengembalikanku di waktu siang tadi sewaktu aku makan siang. Tepatnya saat aku sudah selesai makan dan bersiap keluar parkiran untuk kembali lagi ke kamar. Saat aku sedang berkutat dengan motorku, temanku mengalami sesuatu hal yang sangat menarik pula. Katanya dia dihampiri oleh seorang ibu-ibu beserta anak lelakinya yang kira-kira seumuran anak SD. Si ibu ini membawa kardus dan menyodorkan kardusnya ke teman ku dan samar-samar berkata ..... untuk bantu beli dasi mbak. Dikira temanku ibu ini sedang maaf "mengemis" untuk membelikan anaknya dasi sekolah. Karna temanku ini memang orangnya terlampau baik, tanpa pikir panjang akhirnya langsung dia menyodorkan uang kepada ibu itu. Namun ibu itu menolak dan langsung pergi berlalu, dan hanya meninggalkan temanku yang melongo sendirian. Namun dilihatnya ibu itu kembali melakukan hal serupa kepada pengunjung rumah makan lain yang sedang mengeluarkan mobilnya. Dan ternyata ibu itu menawarkan dagangannya yang entah itu apa. Langsung setelah itu temanku memaki-maki dirinya sendiri tiada henti, katanya ia ceroboh, takutnya ibunya tersinggung, sombong, dan beberapa umpatan bahkan istigfar secara bersamaan. Diakhir ceritanya dia mengatakan beribu maaf kepada ibu selama kami berkendara. Namun tidak sempat secara langsung.

Niat baik kadang memang begitu
Terkadang tak seindah seperti yang didambakan akan terjadi
Realitanya bahkan tak sering malah lebih menyakitkan
Gerutu kecil kadang datang memaki diri
Yang tidak menurut dengan apa yang dikatakan hati
Namun semua tak sepenuhnya salah diri
Perspektif orang juga bisa mempengaruhi
Niat yang tadinya baik bahkan dinilai tak baik
Tetapi apapun hasilnya, namanya tetaplah niat baik
Berhasil atau tidaknya, namanya tetaplah niat baik
Membantu atau tidaknya, namanya tetaplah niat baik
Diterima atau diacuhkannya, namanya pun tetap akan niat baik
Maka dari itu, tetap berniat baik adalah baik
Tetap mencoba,
Salam.


Semarang, 
08 Oktober 2018


Sabtu, 22 September 2018

Bicaralah, agar semua insan tau apa yang ada di hatimu. Karena dengan berbicara kau akan menemukan pendengar yang akan benar-benar mendengarkanmu dengan baik dan sesekali memberi masukan. Agar hidupmu tak selalu hanya tentang kau dan egomu sendiri, kau juga perlu menambah sudut pandang yang lain.

Percayalah, hidup orang tidak akan yang selalu baik-baik saja. Terkadang Tuhan itu entah banyak atau sedikit pasti akan mengirimkan cobaannya untuk mengukur bagaimana kekuatan batin dan jasmani yang sudah kita bangun dari lahir sampai saat ini. Tuhan akan tetap mengukurnya walaupun kita sudah meminta untuk dimudahkan. Maka dari itu, kita dituntut untuk selalu siap siaga kapanpun cobaan itu akan datang.

Lalu bagaimana jika cobaan itu sudah saatnya datang? cobalah untuk bicara, untuk mengobrol, untuk sekedar sharing dan berbagi pikiran ataupun masukan dengan orang lain tentang masalahmu itu. Jangan jadi sok jagoan yang pura-pura kuat menahan cobaan yang kadang menguras air mata dan daya upaya. Cobalah untuk bicara pada orang yang kau percaya.

Sedikit cerita. Aku punya teman-teman untuk bercerita segala hal. Dari keluarga, sahabat, teman, dan orang yang baru saja ku kenal. Lalu apakah aku akan menceritakan masalahku pada orang yang barusan ku kenal, tentu tidak. Tindakan memilah sangat diperlukan disini. Memilih bagaimana maksudnya? memilih topik apa dan pada siapa kita akan cerita. Contohnya, kalau persoalan tentang pendidikan dan gambaran pekerjaan masa depan tentu aku akan membagi ceritaku lebih detail kepada keluargaku, lalu untuk persoalan hati aku akan membaginya pada sahabatku, persoalan main-main dan jalan-jalan akan aku bagikan pada teman-teman ku yang juga punya antusias yang sama. Dan terakhir aku akan bercerita kepada orang yang barusan ku kenal tentang suatu hal yang terjadi disekitar tempat kita bertemu. Misal berbagi cerita tentang begitu indah atau buruknya cuaca saat itu, dan lainnya. Setidaknya kita mampu melatih diri untuk bercerita mengenai apapun yang kita keluhkan dalam hidup kepada orang yang "tepat". Agar otak dan hati kita tidak terbebani terlalu banyak.

Bagaimana? sudah dapat sudut pandang ku? semoga sudah ya. 

Oh iya, lagi-lagi aku akan bercerita sedikit tentang hubungan ceritaku dengan bapak. Jadi aku merupakan anak yang paling dekat dengan bapak jika berada di lingkungan rumah, mungkin karena aku adalah satu-satunya putri cantik diantara putra tampannya yang lain. Jadi kegiatan berceritaku dengan bapak terbilang sangat sering dan unik. Bisa dibilang bapak adalah orang yang sibuk entah karna pekerjaan atau memang beliaunya yang tidak mau diam. Pasti ada saja hal yang dikerjakannya, sehingga beliau jarang berada di rumah, ya walaupun tempat kerjanya cuma disebelah rumah karna beliau berwirausaha. 

Jadi, dulu ibuku sering mengeluh karna bapak tidak pernah ada dirumah dan ada waktu untuk sekedar mengobrol dan mengajari anaknya untuk belajar. Ibu pernah marah besar karna hal ini. Namun seiring berjalannya waktu bapak mulai berbenah. Beliau mulai membuka telingga untuk mendengar dan mulut untuk memberikan masukan kepada anak-anaknya. Sepertinya halnya dengan cara unik. Beliau memang tidak ada waktu, namun sering kali beliau mengajakku untuk menemaninya mengirim barang ke luar kota, biasanya kegiatan ini kusebut sebagai co-driver talks. Di sepanjang perjalanan kita bisa banyak mengobrol tentang masalah apa saja. Bercerita dan mendengar yang sangat dekat, sedekat mungkin. Dari sini aku pun juga sadar. Kalau banyak cerita hidup bapak yang baru saja aku tahu. 
Jadi intinya apa? sesibuk apapun kita, carilah jalan unik untuk tetap meluangkan waktu, sekedar mengajak orang untuk mari bicara. Agar masalah yang dipunya bisa dipikul bersama.


Semarang,
22 September 2018

Sabtu, 08 September 2018


“Jika kau ambil satu ranting maka tidak akan pernah jadi 1000 ranting, hanya 999 saja. 
Maka jagalah keasliannya, jangan ambil yang menjadi bagian dari alam karena itu bukan hakmu”


Hai kawan, kembali lagi ini blog hidup setelah beberapa saat tidur siang tapi ngga bangun-bangun. Semoga seger kembali setelah beberapa saat istirahat. Udah pada nungguin Jeparadise series belom? Ngga peduli ya? Iya aku tau kok. Santai saja kaya lagi di pantai 1000 ranting...

Oh iya, Jeparadise part I ini akan berisi tentang pantai yang awal-awal aku kunjungi pas aku lagi di Jepara ya. Namanya itu Pantai 1000 Ranting (Udah ada diatas-__-) atau biasa disebut juga sebagai pantai Panggung karena pantai ini terletak di Desa Panggung, Kecamatan Kedung, Jepara. Lalu kenapa bisa di namai sebagai pantai 1000 ranting? Ya kalian pasti udah bisa nebak lah ya. Yap.. karna banyaknya ranting-ranting yang berserakan di pasir-pasir gemasnya dan ada yang dijadiin buat spot foto gitu. Tapi apakah jumlahnya tepat 1000? Ya mungkin sih, karena waktu aku kesana ngga sempet ngitungin satu-satu ntar keburu temenku wisuda semua J

Kalau travel blog yang udah bagus-bagus tu jelasin tempatnya kan secara detail ya, kalo di blog ini jelasinnya sesuai sama kata hati dan batin yang nulis aja ya. Namanya juga blog ala-ala yang bentar lagi dapet predikat y, jadinya ala(y).  Penjelasan tentang keunikan Jepara udah aku jelasin di pos yang sebelum ini ya, kalau kalian belum baca mending ngga usah di baca. Tapi kalau tetep nekat mau baca nih tak kasih link nya http://mayamorphosa.blogspot.com/2018/07/di-ujung-utara-pulau-jawa.html hehe tetep maksa promosi. Tapi kalian jangan nyesel kalau tau isinya ngga lengkap, ya kan bukan wikipedia ehe. Kalau mau lengkap baca di wikipedia aja ya.

Baiklah, terlalu banyak basa-basi akan membuat pembaca ngantuk. Maka dari itu langsung saja aku ceritain tentang bagaimana pantai 1000 ranting itu menurut pendapat aku dan bakalan di sertai dengan gambar-gambar seadanya.

Pantai 1000 ranting menurutku cantik pasirnya, apalagi disana disediain spot-spot buat foto biar bisa upload di instagram. Pemberdayaan spot foto ini asli digagas oleh karang taruna di desa Panggung loh. Keren kan anak-anak muda disana, mereka peduli banget sama kebutuhan wisata kita rakyat Indonesia. Makanya kalau kesana jangan lupa bayar retribusi sekaligus parkir ya. Ga mahal kok, cuma Rp3000,00 aja kalian udah bisa masuk. Sama itung-itung bantuin pemeliharaan pantai ini ya. Jangan asal kabur tanpa bayar hehe

Oh iya, untuk mendeskripsikan pantainya aku ga buat-buat ya. Aku bakalan deskripsiin apa adanya. Jadi air di pantainya itu kaya coklat-coklat gitu, karena di bibir pantainya itu lumpur bukan pasir putih gitu. aku aja pas sosoan jalan-jalan menyusuri bibir pantai malah jadi terperosok ke kubangan lumpur dan tak tau jalan pulang, eh ga tau cuci kaki dimana deng. Jadi ya gitu, asiknya tu main di pasir-pasir spot foto itu sambil mengantarkan senja untuk beristirahat. Ga bisa dipungkiri juga, menikmati senja disini tu ajib banget sumpah ga boong. Karena pantai ini benar-benar menghadap ke matahari terbenam. Dan lagi didukung dengan perjalanan ke pantai ini tu melewati kaya tambak garam yang ada baling-baling kaya di Belanda gitu, pohon-pohon bakau juga. Beuh ajib banget lah pokoknya. Udah deh kalo ke Jepara mampir aja kesini buat menikmati senja.

Oh aku hampir lupa, satu informasi penting lagi. Jadi setelah melewati tambak garam ini kalian kalo mau ke pantai ngelewatin pemukiman nelayan dulu gitu, ya taulah pemukiman nelayan kaya apa. Bau dan sempit gitu, tapi kalian jangan jijik ya mereka baik dan ramah kok, hargai mereka ya kalau kalian lewat sini:’)

Oke karna penjelasannya cukup sampai disini gimana kalau langsung pamer foto-foto aja, ini foto asli yang aku ambil dari ponsel pribadiku ya. Ga banyak sih, tapi ini asli kok tanpa curi-curi... oke langsung saja ini diaaa....!






Yeeeep... gimana senjanya? menenangkan bukan? kalau menurutku sih iya hehe. Huft jadi sudah dipenghujung tulisan ini saja ya ternyata. Fotonya sedikit banget, karena pas disana lagi jadi seksi PDD yang sibuk fotoin teman-temannya hehe. Semoga membantu kalian yang pengen banget liburan ke Jepara tapi ga tau mau pergi kemana. Banyak kok tempat ajib dan super keren lainnya yang ada Jepara, kalau kalian penasaran tetep pantengin blog ini ya... karena Jeparadise series tetep bakalan meluncurkan edisi terbarunya di tempat main keren lainnya. Tunggu sampe penulisnya bangun dari tidur lagi ya hehe.. 

Terimakasih sudah mau mampir, kalau mau tanya-tanya atau sekedar bercanda menggoda penulisnya bisa banget tinggalin komentar kalian ya. Sampai jumpa di Jeparadise series berikutya, bye...



Semarang,
08 September 2018

Minggu, 29 Juli 2018



Jalan-jalan menyusuri setiap sudut dunia ini sepertinya sudah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan ini begitu besar dampaknya terhadap kesehatan jiwa, karena kegiatan ini bisa membantu seseorang meningkatan kadar bahagianya sehabis melakukan aktivitas hariannya yang mungkin banyak menguras pikiran dan tenaga. Bisa dikatakan Travelling adalah obat mujarab untuk orang-orang yang haus akan kesenangan dan keindahan di hidupnya.


Kali ini aku akan membahas Travelling aku di ujung utara pulau Jawa, bisa dikatakan diujung karena memang letaknya hampir berada di ujung. Sebagian orang menamai kota ini sebagai kota Kartini. Yap, kota yang aku singgahi kali ini adalah kota Jepara. Kota kelahiran Ibu Kartini ini memiliki pesonanya tersendiri dibanding dengan kota lainnya. Karna menurutku setiap tempat itu mempunyai keunikannya sendiri. Entah itu dari tempat, daerah, maupun suasananya. Disini aku akan berbagi pandangan pribadi aku tentang keunikan Jepara yang benar-benar versi aku, kalian silahkan saja kalau mempunyai versi sendiri.

Sebenarnya tujuan utama aku di Jepara bukan untuk Travelling, melainkan untuk menjalankan tugas negara dari universitas tempat aku sekolah. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar tentang itu ya. Pokoknya kegiatannya adalah pengabdian masyarakat. 

Langsung saja, ketika dengar nama Jepara pasti yang ada di pikiran adalah cuacanya yang panas karena merupakan kota di tepi laut. Iya benar, Jepara merupakan kota dengan banyak pantai di dalamnya. Ada beberapa pantai yang terkenal seperti halnya Pantai Kartini, Teluk Awur, Pantai Seribu Ranting, Pantai Bandengan, Pulau Panjang, dll. Bisa dibayangkan, di musim dinginnya Indonesia seperti sekarang ini suhu di Jepara kalau di pagi hari hanya sampai di titik 23 derajat, sedangkan disiang hari masih saja panas hingga mencapai 35 derajat. Tinggal disini selama kurang lebih hampir 3 minggu hanya sedikit merasakan dingin di pagi hari namun itu masih dingin yang normal dan berlangsung tidak lama.

Jepara dan usaha meubel. Kalau dilihat lagi perlengkapan kursi kayu kalian dirumah pasti ada yang dari Jepara. Yap, karna sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Jepara yang terbesar adalah pengrajin meubel dan ukir, lalu disusul oleh sektor pertanian, nelayan, tambak garam, dan sektor lainnya. Sejauh mata memandang setiap rumah yang ada disini, biasanya ada tumpukan kayu dan kursi di depan rumah mereka, kecuali yang deket pantai mereka bekerja dilaut ataupun menambak garam.

Budaya bekerja orang Jepara yang pekerjaannya di bidang perkayuan sangat patut ditiru. Mereka mempunyai budaya kerja yang bagus, siang malam mereka bisa terus bekerja. Orang yang benar-benar usahanya hanya di bidang kayu saja atau tidak ada sambilan jam bekerja mulai pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore, setelah itu dilanjut dari pukul 9 malam hingga pukul 2 malam. Sedangkan orang-orang yang bekerja di luar itu seperti halnya pegawai, guru, dan lainnya mereka pun juga menjadikan meubel sebagai pekerjaan sampingannya. Siang bekerja di kantor lalu malam mulai pukul 9 sampai pukul 2 malam kerja di meubel. Begitu seterusnya. Jadi jangan heran kalau menginap di Jepara setiap malam berisik suara tukang. Apalagi kalau menginapnya di pedesaan, karena itu sudah menjadi budaya bekerja mereka.

Bagimana dengan pantainya? Atau objek wisata yang bisa di eksplore kalau sedang travelling ke Jepara? Aku sih taunya pantai dan beberapa tempat main saja ya. Kemaren aku sempat eksplore Teluk Awur, Pantai Seribu Ranting, Pantai Tanggul Lere, Alun-alun Jepara, Tempat Ngopi, dan jalan-jalan di pusat kotanya Jepara. Dan kemungkinan masih banyak eksplore lagi karena aku di Jepara masih sekitar sebulanan lagi. Namun tulisan tentang tempat-tempat yang aku sebutin di atas belum bisa aku ikut sertakan sekarang ini karena aku ingin menjadikannya sebagai series tentang Jepara sajaJadi tunggu kelanjutannya tentang tempat-tempat indah Jepara di tulisan selanjutnya ya. Bye bye...

Jepara,
Jumat, 07 Juli 2018



Jumat, 20 Juli 2018



Hari ini aku datang lagi, masih dengan niat yang sama. Mencari seluk beluk arti suasana yang sejak kemarin tidak ku mengerti. Ya, semuanya masih sama. Suasana ini masih menghadirkan sesuatu yang bisa membuatku beberapa kali tertegun dengan damai. Aku meramal, meramu kata-kata, mencari gambar indah, di bawah semerbaknya mentari sore yang kian melelah.

Aku hanyalah manusia pendiam yang tidak pandai memulai cerita dengan umat yang gemar bercengkrama, kesana kemari membawa sejuta cerita menariknya. Aku tidak bisa bertanya kepada mereka apakah arti suasana yang aku rasa saat ini dan tepat disini. Kurasa percuma, yang ku lihat berbeda. Bukan cerita A yang kau bawa, bukan pula cerita abjad lain yang bisa kau eja. Aku hanyalah aku, yang hanya mampu mengeja suasana hatiku sendiri. Lalu merasanya dengan getir dan diam yang semakin memelintir. Tidak mengerti dengan pasti, namun menikmati dengan hati. Karena suasana tempat yang ku pijak, hanya mampu ku eja seorang diri. Walaupun sulit untuk dimengerti...


Teluk Awur, Jepara.
20 Juli 2018