Penning Stories You'll Love to Read

Ahoy Pipel! Welcome aboard! A warm and heartfelt welcome to all who've joined me here. Your presence is truly appreciated. Thank you!

Sabtu, 03 November 2018

Orang Tua: Patar Monitor Anak Saya Patar!!





Seperti yang sudah diterangkan di judul dan potongan screenshot-an twitter aku yang pada dasarnya sudah aku hapus, hehe. Disini aku mau sedikit mengutaran ganjalan yang ada dipikiranku, seperti biasanya:)

Sebel banget ga sih jam segini baru ngantuk, eh pas mau tidur iseng buka hp liatin story teman-teman aku di dunia per instagraman ada sesuatu yang menarik untuk ditulis. Maka bangkitlah aku dengan lesu membuka laptop kembali dan mulai untuk mengetik beberapa kata-kata tak bermakna ini. Tapi ya sudahlah. Namanya juga cinta.

Baiklah mari kita mulai saja. Jadi, seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini. Tidak hanya anak muda dan anak-anak kecil saja yang yang merasakan. Orang-orang tua pun juga ikut mensukseskan perkembangan teknologi ini loh. Lantas untuk apa sih para orang tua ini dituntut untuk mengikuti trend? Ada banyak sih manfaat apa yang bakalan di dapat para orang tua yang mengikuti perkembangan teknologi khususnya di dunia persosmedan. Tapi disini aku akan fokus kepada fungsi pengawasan terhadap putra dan putri mereka.

Sedikit cerita. Dulu waktu aku membuatkan beberapa sosial media untuk ibuku, aku mendapatkan penolakan dari adikku. Adikku khawatir jika nanti ibu akan menjadi ibu-ibu alay yang suka berselfie sepanjang hari dengan camera yang bisa merubah manusia menjadi cantik dalam sekejap mata. Dan mempostingnya di akun media sosial dengan caption yang tidak nyambung sama sekali. Ya, itulah apa yang ada di pikiran adikku. Namun berbeda denganku, aku berpikiran membuatkan akun sosial media ke ibuku adalah untuk membuatnya mengetahui hal-hal apa yang terjadi di sekitarnya, disekitar anaknya, dan disekitar teman-temannya. Aku tidak membuat ibuku untuk tertarik mempublikasikan semua hidupnya di sosial media, namun aku hanya membuat ibuku tertarik untuk melihat-lihat saja apa yang terjadi, khususnya apa yang terjadi pada anak-anaknya yang pada merantau jauh-jauh. Itu saja.

Dan benar saja. Ibuku sekarang ini jadi lebih mudah memonitor anak-anaknya lewat update-an story di Whatsapp ataupun Instagram. Melihat perkembangan cucunya yang setiap saat di posting foto dan videonya oleh mama dan papanya, melihat aku yang suka update story tentang pergi ke suatu tempat, adikku yang sibuk dengan kegiatan seminar-seminarnya, kakakku yang suka update makanan-makanan yang disantapnya, atau pekerjaan apa yang dilakukan kakak-kakakku, dll. Setiap aku pulang kerumah, aku selalu mendegarkan keantusiasan ibu yang tau bahwa anak dan cucunya melakukan ini dan itu. Berarti memang berhasil sudah misi monitor yang dibangun ini.

Lalu mari kita coba kaitkan dengan masalah yang ada di screenshot-an diatas. Salah satu hal yang penting adanya ketika orang tua juga mempunyai sosial media adalah membatasi anak-anaknya untuk membuat konten story yang tidak-tidak atau kegiatan apa yang tidak boleh dilakukan anak dan dipamerkan di story nya. Misalnya pergi hingga larut hanya untuk bermain-main. Hasrat untuk pamer pada diri seseorang pengguna instagram itu sangat besar, bahkan ada orang yang rela pergi kesuatu tempat hanya untuk kepentingan upload di instagram. Jadi besar kemungkinan, apapun kegiatannya pasti di update di story ataupun  di feed instagramnya.

"Halah kamu ki kaya orang susah! di hidden aja to dari ibumu!" kata seorang teman. Mungkin hal ini bisa dilakukan oleh kebanyakan anak diluar sana. Namun tidak denganku. Memanglah ibuku ini seorang programmer yang handal sejak dulu kala. Entah mantra dan doktrin apa yang sudah dimasukan kedalam otak anak-anaknya. Pokoknya kalau masalah hidden-hiddenan gitu bakalan susah dilakuin. Lebih ke apa ya? takut dan ada sesuatu yang mengganjal pokoknya. Jadi ya gitu deh. Alhasil harus menjaga diri untuk tidak melanggar hal-hal yang beliau tidak restui.

Oh iya pernah waktu itu, aku lagi nonton konser 4.20, yang kalau kalian anak indie pasti tau genre nya yang ga aneh-aneh gitu lah malah cenderung ke menenangkan. Tapi aku update jam sebelas malem dan kebetulan aku ijinnya jam 9 udah balik. Dan apa yang terjadi, pas aku liat udah ada 10 orang yang seen, salah satunya ada akun ibuku, besoknya pas video call di tuduh. Kamu tu kalau nontonin konser suka sampe malem-malem ya. Ya Allah, aku tu jarang padahal nontonin konser. Sekali doang dikatain sering sampe malem. Nah jadi ada rasa engga enak sama orang tua, dan akhirnya membatasi untuk melakukannya lagi. Dan mungkin cara ini bisa kita bersama lakukan ketika mendidik anak-anak kita kelak.

Yah, jadi begitulah apa yang ada dalam pikiranku pagi ini. Memang tidak ada hablumnya sama sekali. Namun setidaknya melegakanku karna sudah menghilangkan ide-ide nakal ini. Semoga dari yang tidak berfaedah ini ada manfaatnya barang sedikit untuk kita semua. Selamat sholat subuh dan selamat istirahat (untuk aku). Sampai jumpa di lain tulisan...


Semarang,
4 November 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar