Dalam pencarian makna kehidupan adakalanya kita berada dalam kondisi
berjaya ataupun terpuruk, karna tak selamanya mentari dapat selalu
bersinar. Adakalanya malam menodong meminta bergantian masanya.
Keterpurukan dan kesepian suatu saat akan datang menghampiri siapapun
yang mampu bernafas dimuka bumi ini, bahkan manusia yang selalu
merasakan hangatnya kasih sayang pun tak luput jua disapanya barang
sekali.
Ada satu kutipan dari Rinto Harahap dalam bukunya “Gelas Gelas Kaca” yang terus terngiang didalam penghuni dari tempurung kepala kecilku:
“Meski dalam sakit dan tidak berdaya, jagatku diletakkan Tuhan dalam
poros berimbang. Tidak lebih, tidak kurang. Berkas bahagia diimbal
dengan hilangnya serpih kesenangan. Something lost, something gain. Yang
membahagiakan dan yang mengecewakan sama-sama pantas diabadikan di
perpustakaan hati”. Dalam kutipan tersebut, seorang Rinto Harahap tidak
pernah merasa dirinya disendirikan atau dijauhi. Akan tetapi beliau
sadar, bahwa dalam hidup akan ada saatnya kesenangan akan hilang, hidup
serasa hambar, gemerlap dunia seakan tak ada artinya lagi. Dalam fase
tersebut, kita tidak bisa dan haram hukumnya menyalahkan orang lain yang
berada disekitar kita atau bahkan malah menyalahkan takdir.
Sebahagia apapun dan sekecewa apapun, kita patut menerimanya menjadi
sebuah memori indah dalam jiwa yang selalu menghiasi apa itu yang
disebut dengan kehidupan.
(Ini post pertama aku, hanya tulisan yang biasa aja karena sedang
dalam proses belajar. Aku akan sangat mengapreasi untuk kalian yang mau
mampir. Salam damai untuk semuanya )
*Ini Post Backup-an dari blog aku yang disebelah
Semarang, 02 Juni 2016
Bukan Orang Penting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar