Penning Stories You'll Love to Read

Ahoy Pipel! Welcome aboard! A warm and heartfelt welcome to all who've joined me here. Your presence is truly appreciated. Thank you!

Senin, 08 Oktober 2018

Malam ini aku keluar kamar hanya sekedar untuk membahagiakan perutku. Seperti kebiasaan mahasiswa lainnya yang suka menyambangi burjo, akupun demikian. Indomie rebus telur dengan potongan cabai sudah mengepulkan asap kenikmatan fananya di mejaku. Ditambah segelas air es yang juga menambah nikmat di kala udara panas sedang menyerang Semarang malam-malam begini, sungguh tidak punya nurani. Namun dia juga hanyalah suruhan semesta yang diatur oleh sistem yang hanya Tuhan yang tau.

Samar-samar aku melihat pengamen datang menyambangi burjo tempatku bersantap ria. Satu lagu yang entah apa itu dan bahkan mungkin hanya orang itu saja yang tau dinyanyikan dengan suara agak ditahan agar tidak mengganggu orang-orang yang sedang makan. Lalu berjalan dari meja satu ke meja lain dengan berharap-harap ada yang mau sedikit menyisihkan perhatian kepadanya. Memang manusia tidak ada yang sama, ada yang memberi atau bahkan sudah mempersiapkan uang recehan sebelum giliran mejanya disambangi, ada pula yang acuh dan asik mengobrol tanpa berkata maaf atau kata penolakan lain sekalipun, ada yang berkata maaf sembari mempertemukan kedua telapak tangan mereka. Dan yang paling menyita perhatianku adalah ketika giliran pengamen itu tiba di segerombolan pemuda yang tengah asik mengobrol, bercanda, merokok, sembari bermain game online di smartphone-nya. Awalnya ada salah satu pemuda berbicara sesuatu pada pengamen itu yang pada akhirnya membuat mereka berdua sama-sama tersenyum sumringah, setelah itu salah satu pemuda itu memberikan satu batang rokok yang kulihat sepertinya jenis rokok yang lumayan mahal dikalangannya. Saat pergi pengamen itu sekali lagi tersenyum sembari melambaikan tangan dan gitar kecilnya. Apa yang membuat mereka bahagia?

Dilain sisi ingatan mengembalikanku di waktu siang tadi sewaktu aku makan siang. Tepatnya saat aku sudah selesai makan dan bersiap keluar parkiran untuk kembali lagi ke kamar. Saat aku sedang berkutat dengan motorku, temanku mengalami sesuatu hal yang sangat menarik pula. Katanya dia dihampiri oleh seorang ibu-ibu beserta anak lelakinya yang kira-kira seumuran anak SD. Si ibu ini membawa kardus dan menyodorkan kardusnya ke teman ku dan samar-samar berkata ..... untuk bantu beli dasi mbak. Dikira temanku ibu ini sedang maaf "mengemis" untuk membelikan anaknya dasi sekolah. Karna temanku ini memang orangnya terlampau baik, tanpa pikir panjang akhirnya langsung dia menyodorkan uang kepada ibu itu. Namun ibu itu menolak dan langsung pergi berlalu, dan hanya meninggalkan temanku yang melongo sendirian. Namun dilihatnya ibu itu kembali melakukan hal serupa kepada pengunjung rumah makan lain yang sedang mengeluarkan mobilnya. Dan ternyata ibu itu menawarkan dagangannya yang entah itu apa. Langsung setelah itu temanku memaki-maki dirinya sendiri tiada henti, katanya ia ceroboh, takutnya ibunya tersinggung, sombong, dan beberapa umpatan bahkan istigfar secara bersamaan. Diakhir ceritanya dia mengatakan beribu maaf kepada ibu selama kami berkendara. Namun tidak sempat secara langsung.

Niat baik kadang memang begitu
Terkadang tak seindah seperti yang didambakan akan terjadi
Realitanya bahkan tak sering malah lebih menyakitkan
Gerutu kecil kadang datang memaki diri
Yang tidak menurut dengan apa yang dikatakan hati
Namun semua tak sepenuhnya salah diri
Perspektif orang juga bisa mempengaruhi
Niat yang tadinya baik bahkan dinilai tak baik
Tetapi apapun hasilnya, namanya tetaplah niat baik
Berhasil atau tidaknya, namanya tetaplah niat baik
Membantu atau tidaknya, namanya tetaplah niat baik
Diterima atau diacuhkannya, namanya pun tetap akan niat baik
Maka dari itu, tetap berniat baik adalah baik
Tetap mencoba,
Salam.


Semarang, 
08 Oktober 2018