Penning Stories You'll Love to Read

Ahoy Pipel! Welcome aboard! A warm and heartfelt welcome to all who've joined me here. Your presence is truly appreciated. Thank you!

Minggu, 29 Juli 2018



Jalan-jalan menyusuri setiap sudut dunia ini sepertinya sudah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan ini begitu besar dampaknya terhadap kesehatan jiwa, karena kegiatan ini bisa membantu seseorang meningkatan kadar bahagianya sehabis melakukan aktivitas hariannya yang mungkin banyak menguras pikiran dan tenaga. Bisa dikatakan Travelling adalah obat mujarab untuk orang-orang yang haus akan kesenangan dan keindahan di hidupnya.


Kali ini aku akan membahas Travelling aku di ujung utara pulau Jawa, bisa dikatakan diujung karena memang letaknya hampir berada di ujung. Sebagian orang menamai kota ini sebagai kota Kartini. Yap, kota yang aku singgahi kali ini adalah kota Jepara. Kota kelahiran Ibu Kartini ini memiliki pesonanya tersendiri dibanding dengan kota lainnya. Karna menurutku setiap tempat itu mempunyai keunikannya sendiri. Entah itu dari tempat, daerah, maupun suasananya. Disini aku akan berbagi pandangan pribadi aku tentang keunikan Jepara yang benar-benar versi aku, kalian silahkan saja kalau mempunyai versi sendiri.

Sebenarnya tujuan utama aku di Jepara bukan untuk Travelling, melainkan untuk menjalankan tugas negara dari universitas tempat aku sekolah. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar tentang itu ya. Pokoknya kegiatannya adalah pengabdian masyarakat. 

Langsung saja, ketika dengar nama Jepara pasti yang ada di pikiran adalah cuacanya yang panas karena merupakan kota di tepi laut. Iya benar, Jepara merupakan kota dengan banyak pantai di dalamnya. Ada beberapa pantai yang terkenal seperti halnya Pantai Kartini, Teluk Awur, Pantai Seribu Ranting, Pantai Bandengan, Pulau Panjang, dll. Bisa dibayangkan, di musim dinginnya Indonesia seperti sekarang ini suhu di Jepara kalau di pagi hari hanya sampai di titik 23 derajat, sedangkan disiang hari masih saja panas hingga mencapai 35 derajat. Tinggal disini selama kurang lebih hampir 3 minggu hanya sedikit merasakan dingin di pagi hari namun itu masih dingin yang normal dan berlangsung tidak lama.

Jepara dan usaha meubel. Kalau dilihat lagi perlengkapan kursi kayu kalian dirumah pasti ada yang dari Jepara. Yap, karna sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Jepara yang terbesar adalah pengrajin meubel dan ukir, lalu disusul oleh sektor pertanian, nelayan, tambak garam, dan sektor lainnya. Sejauh mata memandang setiap rumah yang ada disini, biasanya ada tumpukan kayu dan kursi di depan rumah mereka, kecuali yang deket pantai mereka bekerja dilaut ataupun menambak garam.

Budaya bekerja orang Jepara yang pekerjaannya di bidang perkayuan sangat patut ditiru. Mereka mempunyai budaya kerja yang bagus, siang malam mereka bisa terus bekerja. Orang yang benar-benar usahanya hanya di bidang kayu saja atau tidak ada sambilan jam bekerja mulai pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore, setelah itu dilanjut dari pukul 9 malam hingga pukul 2 malam. Sedangkan orang-orang yang bekerja di luar itu seperti halnya pegawai, guru, dan lainnya mereka pun juga menjadikan meubel sebagai pekerjaan sampingannya. Siang bekerja di kantor lalu malam mulai pukul 9 sampai pukul 2 malam kerja di meubel. Begitu seterusnya. Jadi jangan heran kalau menginap di Jepara setiap malam berisik suara tukang. Apalagi kalau menginapnya di pedesaan, karena itu sudah menjadi budaya bekerja mereka.

Bagimana dengan pantainya? Atau objek wisata yang bisa di eksplore kalau sedang travelling ke Jepara? Aku sih taunya pantai dan beberapa tempat main saja ya. Kemaren aku sempat eksplore Teluk Awur, Pantai Seribu Ranting, Pantai Tanggul Lere, Alun-alun Jepara, Tempat Ngopi, dan jalan-jalan di pusat kotanya Jepara. Dan kemungkinan masih banyak eksplore lagi karena aku di Jepara masih sekitar sebulanan lagi. Namun tulisan tentang tempat-tempat yang aku sebutin di atas belum bisa aku ikut sertakan sekarang ini karena aku ingin menjadikannya sebagai series tentang Jepara sajaJadi tunggu kelanjutannya tentang tempat-tempat indah Jepara di tulisan selanjutnya ya. Bye bye...

Jepara,
Jumat, 07 Juli 2018



Jumat, 20 Juli 2018



Hari ini aku datang lagi, masih dengan niat yang sama. Mencari seluk beluk arti suasana yang sejak kemarin tidak ku mengerti. Ya, semuanya masih sama. Suasana ini masih menghadirkan sesuatu yang bisa membuatku beberapa kali tertegun dengan damai. Aku meramal, meramu kata-kata, mencari gambar indah, di bawah semerbaknya mentari sore yang kian melelah.

Aku hanyalah manusia pendiam yang tidak pandai memulai cerita dengan umat yang gemar bercengkrama, kesana kemari membawa sejuta cerita menariknya. Aku tidak bisa bertanya kepada mereka apakah arti suasana yang aku rasa saat ini dan tepat disini. Kurasa percuma, yang ku lihat berbeda. Bukan cerita A yang kau bawa, bukan pula cerita abjad lain yang bisa kau eja. Aku hanyalah aku, yang hanya mampu mengeja suasana hatiku sendiri. Lalu merasanya dengan getir dan diam yang semakin memelintir. Tidak mengerti dengan pasti, namun menikmati dengan hati. Karena suasana tempat yang ku pijak, hanya mampu ku eja seorang diri. Walaupun sulit untuk dimengerti...


Teluk Awur, Jepara.
20 Juli 2018